Bayangkan ini: ketika kamu sedang asyik nongkrong di
Food Court ASEEC Unair, namun pikiranmu kacau ke mana-mana. Tugas-tugas kuliah dari dosen menumpuk, coretan revisi cakar ayam dari dosen pembimbing yang sulit dimengerti (lupa merekam suara, lengkap), dan
deadline yang semakin dekat. Pastinya, pusing dan stres menjadi tidak terhindarkan.
Banyak mahasiswa pasti merasakan hal ini, mungkin termasuk kamu yang sekarang masih kuliah atau pernah mengalaminya saat kuliah.
Harapan tinggi dan ambisi membara sering kali bertabrakan dengan kenyataan. Stres akademik membuat mahasiswa merasa seperti berada di roller coaster tanpa ujung. Tekanan untuk berprestasi dan kecemasan tentang masa depan juga menjadi hantu yang terus mengintai.
Stres akademik tidak hanya membuat pusing tujuh keliling, tetapi juga dapat membuka jalan bagi munculnya penyakit autoimun yang siap menyerang kapan saja. Gawat, bukan?
Sebagai informasi, autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuh sendiri (kekeliruan sistem imun), dan stres kronis telah lama dikenal sebagai salah satu pemicunya. Yang sering kita dengar seperti radang sendi (Artritis Reumatoid), diabetes tipe-1, dan multiple sclerosis.
Kapan Fenomena ini terjadi?
Sebenarnya, fenomena ini bukan menjadi hal yang sangat mengejutkan dikalangan mahasiswa, mengingat semakin tingginya tekanan akademik dalam kehidupan kampus. Fenomena ini mulai marak dibahas kembali pada tahun 2020 di kampus dimana mahasiswa berkuliah dengan banyak perubahan sejak munculnya pandemi COVID-19. Secara tiba-tiba, mahasiswa diminta untuk melakukan pembelajaran daring, yang ternyata membuat tingkat stres mahasiswa semakin parah.
Sudah banyak penelitin di kampus yang membahas fenomena ini, salah satunya di Universitas Jambi yang mencoba mengulik gambaran tingkat stres akademik mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 89,6% mahasiswa mengalami stres akademik sedang dan 7,3% tingkat stres tinggi, sementara sebagian besar responden menunjukkan tanda-tanda stres dari pemaksaan diri dan reaksi terhadap perilaku (Yuda, M. P., Mawarti, I. and Mutmainnah, M. 2023).
Tentunya, fenomena ini tidak hanya terjadi di satu universitas seperti di beberapa jurusan Universitas Jambi saja, melainkan dapat terjadi dikampus atau jurusan mana-mana saja.
Mengapa ini Terjadi?
Untuk mengulik lebih dalam, stres akademik pada mahasiswa sebenarnya disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Dari sisi internal, mahasiswa menghadapi tekanan untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi, sering kali diiringi oleh pola pikir yang perfeksionis dan koping yang tidak adekuat. Dari sisi eksternal, cara dosen mengajar, jadwal perkuliahan yang padat, dan relasi pertemanan yang tidak mendukung juga bisa menjadi pemicu utama stres.
Pakar Psikologi Pendidikan Universitas Airlangga,
Dr. Nur Ainy Fardana M.Si dalam laman
detik edu menyatakan tekanan akademik yang menerpa mahasiswa bisa mengakibatkan depresi, kecemasan, stress, gangguan makan, gangguan tidur, isolasi sosial, penurunan rasa percaya diri, hingga paling parah timbul keinginan bunuh diri.
Studi meta-analitik oleh Segerstrom dan Miller (2004) dalam Psychological Bulletin menemukan bahwa stres psikologis menurunkan fungsi sel NK (natural killer) dan sel T di bawah pengaruh glukokortikoid melalui jalur GR (glucocorticoid receptor) dan modulasi ekspresi gen target melalui jalur MAPK dan NF-κB.
Penelitian lain oleh Glaser dan Kiecolt-Glaser (2005) dalam Nature Reviews Immunology menjelaskan berbagai mekanisme molekuler yang menghubungkan stres psikologis dengan disfungsi imun, termasuk jalur pensinyalan yang terlibat dalam respon inflamasi. Stres psikologis meningkatkan aktivitas jalur NF-κB melalui aktivasi reseptor adrenergik dan pelepasan glukokortikoid, yang mengarah pada peningkatan produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-6, TNF-α, dan IL-1β.
Penyakit Autoimun Menghantui Mahasiswa
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah salah satu penyakit autoimun yang dapat dipicu oleh stres psikologis. Hormon kortisol yang dilepaskan selama masa stres dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko flare-up pada penderita lupus.
Artritis Reumatoid (RA) juga termasuk dalam daftar penyakit yang dipengaruhi oleh stres kronis. Stres dapat meningkatkan produksi sitokin inflamasi yang berperan dalam patogenesis RA, memperparah kondisi peradangan pada sendi.
Selain itu, penyakit tiroid autoimun, seperti Graves’ dan Hashimoto, dapat dipicu oleh stres. Stres mempengaruhi fungsi tiroid melalui mekanisme imunologis dan hormonal dan dapat meningkatkan risiko perkembangan dari penyakit ini. Demikian juga, penyakit Celiac, yang disebabkan oleh reaksi imun terhadap gluten, memperburuk dirinya dalam kasus stres berat.
Selain itu, Diabetes Tipe 1, di mana tubuh menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas, juga mampu mempengaruhi stres mahasiswa. Anak-anak usia remaja dan dewasa muda dapat memiliki risiko diabetes tipe 1 meningkat karena stres psikologis yang disebabkan oleh respons imun yang abnormal.
Stres Bukan Akhir Segalanya
Stres akademik adalah kenyataan yang tak terelakkan dalam kehidupan mahasiswa. Namun, pemahaman yang lebih baik tentang dampaknya terhadap kesehatan, terutama dalam konteks penyakit autoimun, bisa membantu kita mengambil langkah-langkah preventif yang diperlukan.
Kampus harus menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental dan fisik mahasiswa. Hanya dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa masa depan generasi muda tidak terancam oleh bayang-bayang penyakit yang menghantui kehidupan mereka.
Di balik prestasi akademik yang gemilang, ada perjuangan berat yang sering kali tidak terlihat. Perjuangan melawan stres yang bisa merusak kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memberikan perhatian lebih pada kesehatan mahasiswa, tidak hanya dari sisi akademik, tetapi juga dari sisi kesejahteraan holistik mereka.
Referensi:
- Glaser, R. and Kiecolt-Glaser, J. K. (2005) ‘Stress-induced immune dysfunction: implications for health’, Nature Reviews Immunology, 5(3), pp. 243–251. doi: 10.1038/nri1571.
- Segerstrom, S. C. and Miller, G. E. (2004) ‘Psychological Stress and the Human Immune System: A Meta-Analytic Study of 30 Years of Inquiry.’, Psychological Bulletin, 130(4), pp. 601–630. doi: 10.1037/0033-2909.130.4.601.
- Yuda, M. P., Mawarti, I. and Mutmainnah, M. (2023) ‘Gambaran Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi Di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi’, Pinang Masak Nursing Journal, 2(1), pp. 38–42. Available at: https://online-journal.unja.ac.id/jpima/article/view/27092/16089.
*Karya ini diikutkan dalam pekan Airlangga Data Journalism Competition 2024 Universitas Airlangga.