Alkisah dalam sebuah ruangan kecil,terkurunglah seorang pemuda. Kesehariannya hanya diisi dengan ratapan-ratapan ketika dia melihat dunia lewat jendela di ruangannya. Di jendela itu, dia lihat begitu banyak orang sukses, begitu banyak orang yg bahagia, dan ketika dia bandingkan dengan hidupnya yg terkurung, hanya ironi yang terasa. Di balik jendela itu dia hanya bisa berkomentar, menghujat hidupnya, dan terlalu malas untuk bergerak. Hingga akhirnya,berbagai kejenuhan dan keputusasaan pun menghampiri dan membuat dia berhenti ditengah-tengah perjalanan hidupnya.
Saudaraku, kisah diatas cukuplah menjadi gambaran, betapa banyak orang yang tidak berani menjemput mimpi, tidak berani menunjuk hidungnya sendiri, bahwa kelak, ketika kesuksesan sebagai sesuatu yang nyata, akan segera menghampiri hidupnya!
Sungguh mengherankan ketika pada akhirnya, lebih banyak yang memilih untuk menjadi ‘penonton’ daripada menjadi pelaku kesuksesan itu sendiri. Kemudian, si ‘penonton’ ini pun bergeser menjadi komentator, dan tak jarang mengutuk kebahagiaan orang lain. Adalah benar bahwa itu merupakan hak bagi setiap manusia untuk berkomentar, tetapi bukankah sia-sia saja? bahwa yg sebenarnya dikomentari pun tidak akan ambil pusing dan kehidupan yg dijalani pun belum tentu lebih baik? seolah olah berkicau tanpa bercermin!
Seorang yang bijak tentu akan memahami,bahwa mimpi saja tidak cukup, mimpi itu perlu dijemput! mimpi itu perlu digenggam erat-erat! Dan mimpi, adalah titik-titik persinggahan menuju kehidupan yg berkah!
Jadi, daripada kita berkomentar,dan berpikir terlalu panjang, kenapa tidak kita tunjuk hidung kita sendiri, dan kita mulai perjalanan penjemputan mimpi itu? mulai dari hal yang kecil, mulai dr diri sendiri, dan mulai sekarang. Tentu takkan sesulit yang kita bayangkan bukan?
- #Coretan Teragak
- #Fiksian
- Satu/Dua Paragraf
Awkwkwkwkwkwkw WWWW, yah!