Pemimpin dikatakan ideal ketika mampu mempengaruhi bawahannya ataupun orang lain dari setiap kebijakan yang dikeluarkannya. Itu adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh pemimpin sebagai kemampuan dalam tekhnik negosiasi atau lobying. Tentunya itu terbangun melalui aura yang dikeluarkan dari kepribadiaan seorang pemimpin, baik dalam tutur kata, finansial, maupun tampilan fisik.
Jika menganalisis makna tutur kata maka tidak terlepas dari kemampuan retorika. Selanjutnya untuk bahasan finansial, berkaitan dengan kekuatan money mempengaruhi. Akan tetapi tampilan fisik yang kharismatik akan memberikan kesan tersendiri ketika dimiliki oleh seorang pemimpin. Tentunya hal itu muncul karena perwujudan Tuhan akan cantik dan gagah sehingga memunculkan rasa kagum atau lawan interaksi akan hanyut dalam kebijakan seorang pemimpin.
Fisik laki-laki maupun Perempuan adalah anugerah Tuhan yang begitu indah. Semuanya terpancar secara alamiah dalam segala kondisi. Tentunya, patut disyukuri dan dijaga serta dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat positif.
Untuk seorang pemimpin bergender laki-laki sudah umum jika dikaitkan dengan kata karisma seorang pemimpin apalagi di Indonesia. Lihat saja kegagahan Soekarno, Soeharto, SBY dan tokoh lainnya, itu sudah umum. Ada juga Pasha (Sigit Purnomo Syamsuddin Said) "Ungu" yang menjabat di pemerintahan, tentu dengan rupa yang begitu memikat masyarakat. Semua yang berkaitan dengan laki-laki sudah umum ditelinga.
Lantas bagaimana dengan karisma yang dipancarkan perempuan ketika berada dalam posisi memimpin? Tentu sangat jarang ditelinga kita, dan hal itu sangatlah menarik untuk diperbincangkan. Skala kecilnya dalam situasi forum musyawarah atau persidangan dan yang menjadi Presidium Sidang adalah sosok perempuan yang begitu cantik.
Cantiknya presidium sidang akan menghangatkan jalannya sidang, apakah bisa? Ya, apalagi jika peserta forum adalah mayoritas laki-laki, tentu akan memberikan respon yang hangat. Setiap kata yang dilontarkan darinya akan menjadi buah bibir sehingga jalannya pembahasan akan lancar, dan sistematis. Peserta akan berpikir panjang ketika mengucapkan sesuatu yang menyinggung presidiumnya, semua itu karena cantiknya wanita adalah perwujudan dari Tuhan.
Tapi apakah itu baik? Tentu untuk menjaga kehangatan, harmonisasi. Alhasil, jadilah cerita Cantiknya presidium menggugah Si sosok.